Kamis, 25 Mei 2017

makalah faktor-faktor yang mempengaruhi napsu makan dan cara pengaturan nafsu makan


MAKALAH

ILMU  DASAR  KEPERAWATAN  I
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAPSU MAKAN DAN CARA PENGATURAN NAPSU MAKAN











DOSEN  PEMBIMBING     : ANISA  AGATA, S.SI, M, SI
KETUA  KELOMPOK       : NOVI KHOIRUL GHUFRON
ANGGOTA  KELOMPOK : VICO PRIMA YUDA
YUNITA TALIA
OKTAVIA KISSANTI
YUNITA SARI
RETNO WULANDARI
NATASYA RAHMADAYANTI
NISCAYA FANA ASMARA
NOURMA RAHISTA SARI
YOLANDA FEBRIYANI NAROTAMA
RISKA MEIKE DWI PUTRI


                                                                                                           
PERGURUAN TINGGI MITRA LAMPUNG
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017


Kata Pengantar




Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentangfaktor-faktor yang mempengaruhinapsumakandancarapengaturannafsumakan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang factor-faktoryang mempengaruhinafsumakandancarapengaturannafsumakandapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung,  November 2017


                                                                                                          Kelompok 2

                                                                     




i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang....................................................................................................... 1
1.2  Rumusan masalah.................................................................................................. 1
1.3  Tujuan penulisan.................................................................................................... 2
1.4  Manfaat penulisan................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 DefinisiNafsuMakan................................................................................................... 3
2.2 PeraturanNafsuMakan................................................................................................. 4
2.3 Kesulitan Dalam Pengaturan Makanan Karena Gangguan Nafsu Makan................... 5
2.4Faktor Yang Mempengaruhi Nafsu Makan.................................................................. 7
2.5Penyebab Hilangnya Nafsu Makan.............................................................................. 8
2.6Nafsu makan yang baik dan  Nafsu Makan yang tidak baik...................................... 10
BAB IV. PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 16
3.2 Saran..................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka................................................................................................................. 17
           









ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
                Berbicara tentang nafsu makan hal terpenting yang harus diperhatikan adalah  jangan sampai sinyal makan atau sinyal lapar yang dikeluarkan otak, yang menunjukkan seseorang harus makan, tidak sampai mempengaruhi orang tersebut terutama anak-anak bersegera untuk makan atau diberi makan, demikian sebaliknya sinyal kenyang yang muncul, seharusnya membuat seseorang terutama untuk orang dewasa  berhenti makan tetapi yang bersangkutan terus makan dengan pola yang tidak teratur.
Persoalan nafsu makan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya inilah yang menjadi fokus dalam tulisan ini, Pertama, masalah ibu-ibu ketika memberikan makan kepada anak-anaknya yang kesulitan makan untuk meningkatkan berat badan anaknya yang tidak naik, dan Kedua; masalah bagi orang dewasa ketika mengalami kesulitan dalam mengendalikan berat badan agar selalu berada dalam posisi ideal.
Dari persoalan ini penulis mencoba  menulis topik tentang nafsu makan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dikutip dari berbagai sumber dan disederhanakan  agar sesuai dengan pemahaman pembaca dari berbagai kalangan terutama keluarga yang mempunyai anggota keluarga bermasalah dengan nafsu makannya.

1.2Rumusan Masalah
1.      Apa Definisi Nafsu Makan?
2.       Bagaimana Nafsu makan yang baik dan  Nafsu Makan yang tidak baik ?
3.      Apa sajakah Faktor faktor yang mempengaruhi nafsu makan?
4.      pengaturan perilaku makan yang sesuai dengan pemenuhan gizi?







1


1.3Tujuan
1.    Mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti mata kuliah IDK 3
2.    Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang Faktor faktor yang mempengaruhi nafsu makan.

1.4 ManfaatPenulisan
     1.Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai faktor yang mempengaruhi nafsu makan dan cara pengaturan nafsumakan.
     2. Dapat digunakan sebagai referensi dalam belajar.























2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nafsu Makan
Nafsu  makan  adalah keinginan untuk makan makanan , merasa lapar. Appetite ada dalam semua bentuk kehidupan lebih tinggi, dan berfungsi untuk mengatur asupan energi yang cukup untuk mempertahankan metabolisme kebutuhan. Ini diatur oleh interaksi yang erat antara saluran pencernaan, jaringan adiposa dan otak. Penurunan keinginan makan yang disebut anoreksia, sedangkan polyphagia (atau "hyperphagia") adalah makan meningkat. Dysregulation nafsu makan memberikan kontribusi anoreksia nervosa, bulimia nervosa, cachexia, overeating, dan pesta gangguan makan.
Menurut Ensiklopedi Budaya, Nafsu makan adalah istilah menyiratkan keinginan yang kuat untuk memperoleh atau berpartisipasi dalam, dicontohkan oleh istilah-istilah seperti nafsu seksual atau nafsu makan untuk hidup. Dalam konteks makanan, nafsu makan digunakan untuk menggambarkan menginginkan atau menyukai makanan tertentu, biasanya berdasarkan sifat sensorik mereka (rasa dan tekstur) atau atribut psikologis (perceived value atau status simbolis).
Dalam nafsu makan cara biasanya dibedakan dari kelaparan, yang menunjukkan keinginan atau mencari makanan yang timbul dari keadaan kebutuhan atau gizi defisit . Pada awal abad ke dua puluh pertama pemahaman nafsu makan mencapai pentingnya peran khusus karena potensinya di seluruh dunia epidemi obesitas , kadang-kadang disebut pandemi . Mengingat bahwa, di banyak bagian dunia, orang-orang yang dikelilingi oleh banyak suplai makanan yang mencegah kelaparan kronis (walaupun memungkinkan kelaparan normal makan-untuk-makan), kapasitas untuk makan makanan tanpa adanya rasa lapar atau dalam keadaan rendah kelaparan menganggap penting khusus. Akibatnya, pemahaman nafsu makan dan bagaimana dapat dikontrol adalah mendesak tugas dalam perjuangan melawan epidemi obesitas. Nafsu makan sehingga dapat didefinisikan sebagai menyukai makanan tertentu, atau daya tarik untuk makanan berdasarkan keenakan mereka dirasakan. Hal ini biasanya disebut sebagai dimensi hedonis seleksi makanan.



3
Karakteristik ini dapat digambarkan sebagai kesenangan subjektif yang berasal dari konsumsi makanan, pada gilirannya, hal ini dapat diukur dengan meminta orang untuk menilai besarnya atau intensitas dari kesenangan yang berhubungan dengan makan atau mencicipi makanan. kesenangan ini muncul dari interaksi antara seseorangpersepsi kapasitas ( ketajaman rasa, bau, dan umpan balik sensoris dari mulut) dan sifat fisik makanan. Intensitas kesenangan karena itu sebagian bergantung pada internal (pribadi) dan eksternal (makanan yang terkait) faktor. Faktor-faktor makanan dapat alam, seperti kehadiran manis karbohidrat dalam buah-buahan atau, dan banyak lagi umum sekarang, pembangunan yang disengaja sifat kuat dalam proses manufaktur. Hal ini dapat dihipotesiskan bahwa produksi industri makanan (dirancang untuk memiliki kombinasi sifat, misalnya, manis, kegemukan, kepipihan) telah jenuh pasokan makanan di banyak bagian dunia dengan berlimpahnya merangsang nafsu makan-produk. Produk-produk termasuk cokelat dan makanan pencuci mulut, keju, daging, dan kombinasi kue, dan berbagai jenis makanan ringan goreng. Daya tarik yang melekat produk tersebut dapat merangsang makan bersama dengan tidak adanya kebutuhan yang jelas untuk nutrisi .

2.2 Peraturan Nafsu Makan
Peraturanpengaturan nafsu makan telah menjadi subyek banyak penelitian dalam dekade terakhir. Terobosan termasuk penemuan, pada tahun 1994, tentang leptin, suatu hormon yang muncul untuk memberikan umpan balik negatif. Penelitian berikutnya menunjukkan bahwa regulasi selera makan adalah proses yang sangat kompleks yang melibatkan saluran pencernaan, banyak hormon, dan baik pusat dan sistem saraf otonom .
a. Effector Hypothalamus,
bagian dari otak, adalah organ peraturan utama untuk nafsu makan manusia. Neuron yang mengatur nafsu makan tampaknya terutama serotonergik , meskipun neuropeptide Y (NPY) dan yang berhubungan dengan peptida Agouti (AgRP) juga memainkan peran penting. Hypothalamocortical dan proyeksi hypothalamolimbic memberikan kontribusi pada kesadaran kelaparan, dan proses somatik yang dikendalikan oleh hipotalamus meliputi vagal nada (aktivitas parasimpatis sistem saraf otonom ), stimulasi tiroid ( tiroksin mengatur laju metabolisme), maka hipotalamus-hipofisis- sumbu adrenal dan sejumlah besar mekanisme lain. opioid reseptor yang berhubungan dengan proses dalam nucleus accumbens dan ventral pallidum mempengaruhi palatabilitas makanan.

4
b. Sensor Indra hypothalamus
 terutama rangsangan eksternal melalui sejumlah hormon, seperti leptin, ghrelin, PYY 3-36, orexin dan cholecystokinin ; semua memodifikasi respon hipotalamus. Mereka diproduksi oleh saluran pencernaan dan jaringan adiposa (leptin). Mediator sistemik, seperti tumor nekrosis faktor alfa (TNFα), interleukin 1 dan 6 dan kortikotropin-releasing hormone (CRH) mempengaruhi nafsu makan negatif; mekanisme ini menjelaskan mengapa orang sakit sering makan lebih sedikit. Selain itu, jam biologis (yang diatur oleh hipotalamus) memodifikasi kelaparan. Proses dari otak lokus lain, seperti dari sistem limbik dan korteks serebral, proyek pada hipotalamus dan memodifikasi nafsu makan. Hal ini menjelaskan mengapa dalam klinis depresi dan stres, asupan energi yang dapat mengubah cukup drastis.
 Gambar. Hypothalamus; DMH, dorsomedial hypothalamus; LH, lateral hypothalamic area; OC, optic chiasm. Nuklei hipotalamus energi yang terlibat dalam homeostasis (tampilan lateral) ARC, inti arkuata (dikenal sebagai inti infundibular pada manusia); PVN, inti paraventrikular; VMH, hipotalamus ventromedial; DMH, hipotalamus dorsomedial; LH, daerah hipotalamus lateral; OC, chiasm optik.

2.3Kesulitan Dalam Pengaturan Makanan Karena Gangguan Nafsu Makan
a. Anoreksia
            Anoreksia ialah keadaan nafsu makan kurang atau sama sekali tidak ada. Anoreksia disebabkan oleh berbagai faktor, berupa penyakit organis, psikologis atau pengaturan makanan yang kurang baik. Kelainan anoreksia tanpa penyakit organis yang nyata lebih sering ditemukan pada anak tunggal. Anoreksia yang menyertai penyakit organis akan menghilang bila seseorang telah sembuh dari penyakit primernya. Berbagai penyakit infeksi baik yang mendadak maupun yang menahun, kelainan bawaan misalnya pada jantung dan saluran pencernaan serta mungkin pula karena defisiensi gizi sendiri, Anoreksia perlu segera mendapat perhatian karena mungkin merupakan gejala sesuatu penyakit yang harus segera diobati. Anoreksia mungkin hanya bersifat sementara, sebagai variasi normal dalam nafsu makan sehari-hari.





5
    b. Anoreksia nervosa.
Anoreksia nervosa ialah jenis terberat dari anoreksia, sehingga praktis penderita membiarkan dirinya terus-menerus dalam kelaparan. Biasanya kelainan ini terjadi menjelang remaja dan dalam masa remaja. Mungkin diawali dengan melakukan diet untuk menguruskan, terutama pada wanita. Pembatasan makanan oleh mereka dilakukan terlalu cepat dan terlalu kuat, sehingga berat badan merosot dengan pesat. Aktifitas sementara itu berjalan terus walaupun biasanya penderita tampak pertumbuhannya tertinggal dibandingkan dengan teman sebayanya. Perkembangan pubertas terlambat, pada wanita remaja mungkin terjadi amenorea. Penderita selanjutnya menunjukkan kelainan psikologis, membatasi diri dalam pergaulan, sukar berkomunikasi, wajahnya kaku dan tidak gembira. Pengobatan terdiri dari perawatan dan pengobatan di rumah sakit, yaitu untuk memperbaiki gangguan psikologi dengan psikoterapi.

    c. Pika Pika
 ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita menunjukkan nafsu makan terhadap berbagai atau salah satu obyek yang bukan tergolong makan, misalnya tanah, pasir, rumput, bulu, selimut wol, pecahan kaca. Kotoran hewan, cat kering, dinding tembok dan sebagainya. Terdapat pada golongan anak di bawah umur 3 tahun, biasanya di atas 1 tahun, sebab bayi yang sedang belajar merangkak dan anak sapihan wajar bila suka memasukkan benda-benda yang dipegangnya ke dalam mulutnya. Keadaan tersebut merupakan gejala normal, sebagai suatu tahap perkembangan oral dalam usaha memperoleh pengalaman kepuasan dan mengadakan eksporasi dunia luar dengan jalan menggunakan mulutnya. Pada penderita pika, tingkah laku demikian sering disertai kesukaan untuk bermain dengan benda-benda kotor termasuk ekskreta. Pika mungkin terdapat penderita yang menderita defisiensi gizi, mungkin pula pada penderita yang retardasi mental. Terapi pika terdiri dari pengawasan yang ketat agar penderita tidak memakan benda-benda yang mungkin berbahaya untuk kesehatannya, misalnya mengakibatkan keracunan dan infeksi. Selain itu kepada penderita diberikan obyek yang tidak berbahaya, yang dapat digunakan untuk menggigit, mengunyah dan dipermainkan dengan mulutnya. Bila terdapat defisiensi gizi, hendaknya diberikan terapi yang sesuai.




6
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Nafsu Makan
1. Gangguan pemasukan makanan.
      2. Waktu memberi obat dan makanan tidak tepat.
      3. Adanya perbedaan makanan.
      4. Perubahan situasi.
      5. Perubahan lingkungan.
      6. Rasa nyeri.
      7. Penyakit yang diderita seseorang.
      8. Depresi (Adanya perasaan tertekan yang di alami seseorang).
      9. Anxietas (kecemasan yang ada didalam diri seseorang).
Peran Nafsu Makan Pada Penyakit Abnormal nafsu makan dapat didefinisikan sebagai kebiasaan makan yang menyebabkan kekurangan gizi dan kondisi terkait seperti obesitas dan masalah yang terkait. Kedua faktor genetik dan lingkungan dapat mengatur nafsu makan, dan kelainan baik dapat menyebabkan nafsu makan normal. Kurang nafsu makan (anoreksia) mungkin punya banyak penyebab, tetapi mungkin akibat dari fisik menular, autoimmune atau penyakit ganas) atau psikologis (stres, gangguan mental) faktor. Demikian juga, hyperphagia (makan berlebihan) mungkin merupakan hasil dari ketidakseimbangan hormon, gangguan mental (misalnya depresi ) dll
Dysregulation nafsu makan terletak pada akar anoreksia nervosa , bulimia nervosa dan gangguan pesta makan. Selain itu, penurunan respon terhadap kenyang dapat mempromosikan perkembangan obesitas. Berbagai bentuk obesitas turun temurun telah dilacak kerusakan di hipotalamus signaling (seperti leptin reseptor dan MC-4)/ masih menunggu karakterisasi reseptor ( Prader-Willi syndrome). Mekanisme pengendalian nafsu makan adalah target potensial untuk obat penurunan berat badan. Awal anorectics adalah fenfluramine dan phentermine. Selain itu baru-baru lebih sibutramine yang meningkatkan serotonin dan noradrenalin tingkat dalam sistem saraf pusat . Selain itu, laporan baru pada rekombinan PYY 3-36 menunjukkan bahwa agen ini dapat berkontribusi untuk berat badan dengan menekan nafsu makan. Mengingat proporsi epidemi dari obesitas di dunia Barat, perkembangan di daerah ini diharapkan bola salju dalam waktu dekat, karena diet saja tidak efektif pada orang dewasa yang paling gemuk.



7
2.5 Penyebab Hilangnya Nafsu Makan
Beberapa masalah pencernaan yang menyebabkan hilangnya nafsu makan yaitu:
1. Maag.
2. Radang perut.
       3. Divertikulitis (radang atau infeksi satu atau lebih divertikula dalam saluran pencernaan).
       4. Penyakit Crohn.
       5. Sindrom iritasi usus.
6. Kolitis ulseratif (luka atau peradangan pada usus besar).
 Infeksi juga dapat menyebabkan orang tidak lapar dan kehilangan nafsu makan. Infeksi yang menyebabkan hilangnya nafus makan bisa merupakan penyakit akut atau penyakit kronis yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit atau jamur, antara lain:


     1. Influenza.

     2. Penyakit gondok.
     3. Sipilis.
     4. Pneumonia.
     5. Cacar air.
     6. Radang tenggorokan.
     7. Demam kuning.
    8. HIV/AIDS.
   9. Demam tipus.
 10. Cacingan (akibat cacing tambang).
11. Keracunan makanan (E. coli enteritis).
12. Penyakit coxsackie.









8
 Atau bahkan disebabkan oleh penyakit-penyakit yang cukup parah seperti:
   1. Sirosis.
   2. Hepatitis.
   3. Kelumpuhan jantung.
   4. Penyakit hati.
   5. Radang usus buntu.
   6. Gagal ginjal.
   7. Panyakit Addison.
   8. Rheumatoid arthritis.
   9. Gagal ginjal kronis.
   10. Kanker (paru-paru, hati, ginjal, ovarium, serviks, lambung, dan pankreas).
 Hilang nafsu makan juga disebabkan oleh efek samping beberapa obat seperti kokain, morfin, antibiotik, amfetamin, methamphetamine, obat kemoterapi, obat batuk dan hidung tersumbat (dekongestan). Beberapa kondisi psikologis, diet dan gaya hidup juga merupakan faktor terkait yang menyebabkan hilangnya nafsu makan, yaitu:
    1. Stres.
    2. Depresi.
    3. Anemia.
    4. Alkohol.
    5. Migrain (sakit kepala sebelah).
    6. Kekurangan vitamn B12.
    7. Kehamilan (trimester pertama).
Jika Anda mengalami hilang nafsu makan dalam jangka waktu panjang atau beberapa hari, pertimbangkan untuk mengonsumsi multivitamin, untuk memastikan tubuh tetap sehat.









9
2.6Nafsu makan yang baik dan  Nafsu Makan yang tidak baik

Nafsu makan dalam tinjauan gizi seimbang, dapat dikatakan baik dan dan dapat juga dapat dikatakan tidak baik, bila nafsu makan dikatakan baik maka proses makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi akan berjalan maksimal. Namun jika  nafsu makan dikatakan tidak baik, ada dua hal kemungkinan akan terjadi, pertama ; nafsu makan yang berlebihan (rakus) dan yang kedua ; adalah nafsu makan berkurang atau hilang.
Nafsu makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinya  intake makanan akan melebihi kebutuhan tubuh akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak dikehendaki dan beberapa akibat lainnya.  Sebaliknya nafsu makan berkurang/hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak dikehendaki dan beberapa akibat lainnya, kemungkinan kedua ini sering dikatakan sebagai kesulitan makan (Picky Eaters) yang mana penyebabnya sangat dipengaruhi oleh gangguan proses makan (fisiologis) dan pengaruh psikologis.

1. Pemahaman Nafsu Makan dan Faktor-Fakyang Mempengaruhinya
Gangguan proses makan  tidak mau makan atau menolak makan merupakan gangguan konsumsi makan atau minum dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis, mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Jadi gangguan  dalam proses makan itu sendiri adalah gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh seseorang.
Sedangkan pengaruh psikologis berhubungan dengan perilaku makan yang kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, social dan mental yang dapat dikendalikan secara sadar misalnya kebiasaan makan dalam sehari, makan karena kelezatan makanan yang disajikan dengan meningkatkan selera, kondisi stress, cemas dan depresi yang dengan mudah mengubah pola makan.
Sebenarnya nafsu makan itu berhubungan dengan sinyal syaraf  yang mempengaruhi Hormon dan enzim ketika lambung kosong atau terisi. Nafsu Makan juga dapat terjadi pada tingkat sensor selera pada lidah termasuk lambung dan adanya sinyal lapar dari otak.



10
Proses dimulai ketika syaraf pada lambung dan usus dimana otak menerima informasi isi pencernaan dari lambung dan usus dan metabolisme zat-zat makanan dari hati, termasuk adanya peningkatan kosentrasi glukosa setelah makan menyebabkan adanya rangsangan dari sekitar lambung dan usus ke beberapa jaringan syaraf, informasi rangsang ini kemudian diteruskan ke hipothalamus yang berada di otak

Ada dua  daerah sinyal syaraf di hipothamus (otak) yang berperan dalam nafsu makan (respon makan) yaitu  daerah yang disebut dengan pusat kenyang (satiety sistem) dan daerah  yang disebut dengan pusat lapar atau pusat makan (feeding sistem).
Beberapa ahli  kedokteran dan kesehatan tentang nafsu makan menjelaskan, ada beberapa input sinyal yang berperan dalam pengaturan dua daerah nafsu makan (respon makan) tersebut dan akan menghasilkan perilaku makan yang sesuai kebutuhan tubuh  Input-input sinyal tersebut diantaranya, Kader Leptin, Ghrelin, Distensi Gastrointesyinal, Sekresi Colecistokinin dan tingkat pemakain glukosa dan sekresin insulin. Masing-masing dapat dijelas sebagai berikut :
a. Kadar Leptin
Leptin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel di jaringan adiposa (jaringan lemak). Kadar leptin meningkat sebanding dengan banyaknya simpanan lemak trigeliserida di jaringan lemak. Semakin banyak cadangan lemak semakin banyak leptin yang disekresi, keberadaan leptin ini akan menyebabkan penekanan keinginan untuk makan. Semakin banyak kadar leptin maka keinginan makan semakin berkurang, sebaliknya semakin sedikit kadar leptin maka keinginan makan semakin besar. Fungsi utama hormon ini adalah kontrol makan terutama menyangkut gangguan makan terutama kegemukan.

b.Kadar Ghrelin
Ghrelin merupakan stimulant nafsu makan, terbanyak di produksi di lambung, ghrelin mampu  menyebabkan peningkatan asupan makanan dan mengurangi pemakaian cadangan lemak. Grelin berfungsi  juga sebagai stimulan sekresi hormon pertumbuhan (Growth Hormone), pemasukan makanan dan penambahan berat badan. Sekresi ghrelin meningkat pada  kondisi  keseimbangan energy negative misalnya kelaparan, anoreksia nervosa dan lain-lain. Dan sebaliknya kadar Ghrelin menurun pada kondisi keseimbangan energy positif seperti setelah makan, hiperglikemia dan obesitas.

11
c.Distensi Gastrointestinal
Ketika lambung dan usus terisi oleh makanan maka syaraf-syaraf yang berada di lambung dan usus akan terangsang, sinyal rangsangan syaraf tersebut di bawah ke inti syaraf pencernaan, nantinya akan disampaikan ke pusat pengaturan nafsu makan di otak (Hipothalamus). Ada dua sinyal balik yang akan di keluarkan oleh otal yaitu sinyal kenyang dan sinyal lapar. Dalam keadaan Distensi Gastrointestinal atau ketika lambung dan usus terisi, maka otak akan mengeluarkan sinyal kenyang, sebaliknya jika lambung dan usus dalam keadaan kosong, maka otak akan mengeluarkan sinyal lapar atau sinyal makan.


d. Sekresi Colecistokinin (CCK)
Sekresi Colecistokinin (CCK) adalah sekresi hormon dari mukosa dinding usus (duodenum)  pada saat pencernaan makanan yang mengandung lemak. Adanya sekresi Colecistokinin menunjukkan sinyal kenyang. CCK juga dapat menyebabkan peningkatan hormon serotonin di hypothalamus. Serotonin adalah hormon yang berhubungan dengan perasaan tenang (nyaman), dalam hal makan  akan mendukung perasaan nyaman setelah makan.

e.Tingkat pemakaian glukosa dan sekresi insulin
Adanya insulin akan menurunkan kadar glukosa darah menyebabkan beraktifnya syaraf yang menyebabkan  timbulnya keinginan untuk makan. Artinya  glukosa darah  tersedia ketika  sedang diserap   dari saluran pencernaan maka akan muncul rasa kenyang, sebaliknya setelah selesai penyerapan terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sel  yang membangkitkan rasa lapar.









12
2.Faktor faktor yang mempengaruhi nafsu makan
Faktor faktor yang mempengaruhi nafsu makan Keadaan sinyal syaraf yang berhubungan dengan hormon dan enzim ketika lambung kosong atau terisi, harus dalam keadaan berfungsi dengan baik. Banyak sedikitnya hormon (Leptin, Ghrelin, Insulin dan Colecistokinin) dan keadaan sel-seln jaringan sekresinya tidak dalam keadaan rusak. Distensi Gastrointestinal  atau proses pengisian makanan dari mulut  ke lambung dan usus berjalan dengan normal dan wajar secara fisiologis.
a.Psikologis dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku makan yang kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, social dan mental yang dapat dikendalikan secara sadar.
b.Gangguan pada proses makan
yaitu gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh seseorang.












13
c. Kadar Leptin
Leptin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel di jaringan adiposa (jaringan lemak). Kadar leptin meningkat sebanding dengan banyaknya simpanan lemak trigeliserida di jaringan lemak. Semakin banyak cadangan lemak semakin banyak leptin yang disekresi, keberadaan leptin ini akan menyebabkan penekanan keinginan untuk makan.
Fungsi utama hormon ini adalah kontrol makan terutama menyangkut gangguan makan terutama kegemukan. Kadar Ghrelin Ghrelin merupakan stimulant nafsu makan, terbanyak di produksi di lambung, ghrelin mampu   menyebabkan peningkatan asupan makanan dan mengurangi pemakaian cadangan lemak. Sekresi ghrelin meningkat pada kondisi  keseimbangan energy negative misalnya kelaparan, anoreksia nervosa dan lain-lain Distensi Gastrointestinal Ketika lambung dan usus terisi oleh makanan maka syaraf-syaraf yang berada di lambung dan usus akan terangsang, sinyal rangsangan syaraf tersebut di bawah ke inti syaraf pencernaan, nantinya akan disampaikan ke pusat pengaturan nafsu makan di otak (Hipothalamus).
d. Sekresi Colecistokinin (CCK)
Sekresi Colecistokinin (CCK) adalah sekresi hormon dari mukosa dinding usus (duodenum) Â pada saat pencernaan makanan yang mengandung lemak. Adanya sekresi Colecistokinin menunjukkan sinyal kenyang. CCK juga dapat menyebabkan peningkatan hormon serotonin di hypothalamus. Serotonin adalah hormon yang berhubungan dengan perasaan tenang (nyaman), dalam hal makan akan mendukung perasaan nyaman setelah makan.



14
e.Tingkat pemakaian glukosa dan sekresi insulin
Adanya insulin akan menurunkan kadar glukosa darah menyebabkan beraktifnya syaraf yang menyebabkan  timbulnya keinginan untuk makan. Artinya glukosa darah  tersedia ketika sedang diserap  dari saluran pencernaan maka akan muncul rasa kenyang, sebaliknya setelah selesai penyerapan terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar.
3. Pengaturan perilaku makan yang sesuai dengan pemenuhan gizi
Berikut ini beberapa pengaturan perilaku makan yang dapat mempengaruhi nafsu makan agar sesuai dengan proses makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi  yang terjadi dalam tubuh :
1.      Penganturan Pola Makan yaitu dengan makan yang teratur, ketika lapar  segera makan dan ketika kenyang  segera berhenti.
2.      Tingkat Pengosongan lambung dan usus, yaitu jangan biarkan lambung  dan usus tidak terisi dalam jangka waktu tertentu, Makan serat dan tersimpan  lama di lambung hanya untuk orang-orang yang mempunyai kelebihan berat badan.
3.      Tingkat Kekenyangan  yaitu dengan memperhatikan  keseimbangan jenis makanan (Gizi Seimbang), makanan berlemak  yang enak/lezat  normalnya diberikan seimbang dengan jenis makanan lainnya.
4.      Memperhatikan  atau memperbaiki keadaan (gangguan) nafsu makan yaitu akibat  dari gangguan saluran cerna, penyakit infeksi akut atau kronis (TBC, cacing, dll), alergi makanan, intoleransi makanan, stress dan sebaginya.





15
BAB III
PENUTUP


3.I Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat diambil beberapa  faktor yang mempengaruhi nafsu makan dan berpengaruh pada perilaku makan seseorang  yaitu :

1.      Keadaan sinyal syaraf  yang berhubungan dengan hormon dan enzim ketika lambung kosong atau terisi, harus dalam keadaan berfungsi dengan baik.
2.      Banyak sedikitnya  hormon (Leptin, Ghrelin, Insulin dan Colecistokinin) dan keadaan sel-sel jaringan sekresinya tidak dalam keadaan  rusak.
3.      Distensi Gastrointestinal  atau proses pengisian makanan dari mulut  ke lambung dan usus berjalan dengan normal dan wajar secara fisiologis.
4.      Psikologis dan lingkungan berhubungan dengan perilaku makan yang kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, social dan mental yang dapat dikendalikan secara sadar.
5.      Gangguan pada proses makan yaitu gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh seseorang.
Hal terpenting yang harus diperhatikan dari nafsu makan adalah  jangan sampai sinyal makan atau sinyal lapar yang dikeluarkan otak  menunjukkan seseorang harus makan tidak sampai  mempengaruhi orang tersebut bersegera untuk makan, demikian sebaliknya sinyal kenyang yang muncul, seharusnya membuat seseorang berhenti makan tetapi yang bersangkutan terus makan dengan pola yang tidak teratur.

3.2 Saran
            Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, penulis berharap makalah ini berguna bagi penulis dan pembaca sebagai mahasiswa kesehatan.Penulis menyarankan kepada seluruh angota seluruh anggota keluarga indonesia  pada umumnya agar mengatur pola makan yaitu makanlah sebelum lapar dan berhenti makan seelum kenyang.


16
DAFTAR PUSTAKA


. Wikipedia.com
• Wassum KM, SB Ostlund, NT Maidment, BW Balleine. (2009). Opioid yang berbeda sirkuit menentukan palatabilitas dan keinginan untuk peristiwa bermanfaat. Proc Natl Acad Sci US A. 106:12512-12517 PMID 19597155 DOI : 10.1073/pnas.0905874106
• Neary NM, AP Goldstone, SR Bloom. "Selera peraturan: dari usus ke" hipotalamus Endocrinol. Clin (Oxford) 2004; 60:153-60. PMID 14725674 .
• Wynne K, Stanley S, Bloom S. "The usus dan mengatur berat badan".. J Clin Endocrinol Metab 2004; 89:2576-82 PMID 15181026 . • Blundell, John E., dan Peter J. Rogers. "Kelaparan, Hedonics dan Kontrol kejenuhan dan kenyang." Dalam Chemical Senses, disunting oleh Mark I. Friedman dan Michael G. Tordoff. New York: M. Dekker, 1991.
·              Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
·              Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet
·              www.scrib.com/gizi-untuk-balita










17

 

makalah faktor-faktor yang mempengaruhi napsu makan dan cara pengaturan nafsu makan

MAKALAH ILMU   DASAR   KEPERAWATAN   I FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAPSU MAKAN DAN CARA PENGATURAN NAPSU MAKAN ...