MAKALAH
ILMU DASAR
KEPERAWATAN I
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAPSU MAKAN DAN CARA PENGATURAN NAPSU MAKAN
DOSEN
PEMBIMBING : ANISA AGATA, S.SI, M, SI
KETUA
KELOMPOK : NOVI KHOIRUL GHUFRON
ANGGOTA
KELOMPOK : VICO PRIMA YUDA
YUNITA TALIA
OKTAVIA KISSANTI
YUNITA SARI
RETNO WULANDARI
NATASYA RAHMADAYANTI
NISCAYA FANA
ASMARA
NOURMA RAHISTA
SARI
YOLANDA FEBRIYANI
NAROTAMA
RISKA MEIKE DWI
PUTRI
PERGURUAN TINGGI MITRA
LAMPUNG
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentangfaktor-faktor yang
mempengaruhinapsumakandancarapengaturannafsumakan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang factor-faktoryang mempengaruhinafsumakandancarapengaturannafsumakandapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bandar Lampung, November 2017
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................. 1
1.3 Tujuan penulisan.................................................................................................... 2
1.4 Manfaat penulisan................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1
DefinisiNafsuMakan................................................................................................... 3
2.2
PeraturanNafsuMakan................................................................................................. 4
2.3 Kesulitan
Dalam Pengaturan Makanan Karena Gangguan Nafsu Makan................... 5
2.4Faktor
Yang Mempengaruhi Nafsu Makan.................................................................. 7
2.5Penyebab
Hilangnya Nafsu Makan.............................................................................. 8
2.6Nafsu
makan yang baik dan Nafsu Makan yang
tidak baik...................................... 10
BAB IV. PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 16
3.2 Saran..................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka................................................................................................................. 17
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara
tentang nafsu makan hal terpenting yang harus diperhatikan adalah jangan sampai sinyal makan atau sinyal lapar
yang dikeluarkan otak, yang menunjukkan seseorang harus makan, tidak sampai
mempengaruhi orang tersebut terutama anak-anak bersegera untuk makan atau
diberi makan, demikian sebaliknya sinyal kenyang yang muncul, seharusnya
membuat seseorang terutama untuk orang dewasa berhenti makan tetapi yang bersangkutan terus
makan dengan pola yang tidak teratur.
Persoalan
nafsu makan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya inilah yang menjadi fokus
dalam tulisan ini, Pertama, masalah ibu-ibu ketika memberikan makan kepada
anak-anaknya yang kesulitan makan untuk meningkatkan berat badan anaknya yang
tidak naik, dan Kedua; masalah bagi orang dewasa ketika mengalami kesulitan
dalam mengendalikan berat badan agar selalu berada dalam posisi ideal.
Dari
persoalan ini penulis mencoba menulis
topik tentang nafsu makan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dikutip dari
berbagai sumber dan disederhanakan agar
sesuai dengan pemahaman pembaca dari berbagai kalangan terutama keluarga yang
mempunyai anggota keluarga bermasalah dengan nafsu makannya.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa
Definisi Nafsu Makan?
2.
Bagaimana Nafsu
makan yang baik dan Nafsu Makan yang
tidak baik ?
3.
Apa sajakah Faktor
faktor yang mempengaruhi nafsu makan?
4.
pengaturan perilaku
makan yang sesuai dengan pemenuhan gizi?
1
1.3Tujuan
1. Mengembangkan ilmu yang diperoleh
selama mengikuti mata kuliah IDK 3
2. Menambah
wawasan serta ilmu pengetahuan tentang Faktor
faktor yang mempengaruhi nafsu makan.
1.4 ManfaatPenulisan
1.Dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai faktor yang mempengaruhi nafsu makan
dan cara pengaturan nafsumakan.
2. Dapat digunakan sebagai referensi dalam belajar.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Nafsu Makan
Nafsu makan
adalah keinginan untuk makan makanan , merasa lapar. Appetite ada dalam
semua bentuk kehidupan lebih tinggi, dan berfungsi untuk mengatur asupan energi
yang cukup untuk mempertahankan metabolisme kebutuhan. Ini diatur oleh
interaksi yang erat antara saluran pencernaan, jaringan adiposa dan otak.
Penurunan keinginan makan yang disebut anoreksia, sedangkan polyphagia (atau
"hyperphagia") adalah makan meningkat. Dysregulation nafsu makan
memberikan kontribusi anoreksia nervosa, bulimia nervosa, cachexia, overeating,
dan pesta gangguan makan.
Menurut
Ensiklopedi Budaya, Nafsu makan adalah istilah menyiratkan keinginan yang kuat
untuk memperoleh atau berpartisipasi dalam, dicontohkan oleh istilah-istilah
seperti nafsu seksual atau nafsu makan untuk hidup. Dalam konteks makanan,
nafsu makan digunakan untuk menggambarkan menginginkan atau menyukai makanan
tertentu, biasanya berdasarkan sifat sensorik mereka (rasa dan tekstur) atau
atribut psikologis (perceived value atau status simbolis).
Dalam
nafsu makan cara biasanya dibedakan dari kelaparan, yang menunjukkan keinginan
atau mencari makanan yang timbul dari keadaan kebutuhan atau gizi defisit .
Pada awal abad ke dua puluh pertama pemahaman nafsu makan mencapai pentingnya
peran khusus karena potensinya di seluruh dunia epidemi obesitas ,
kadang-kadang disebut pandemi . Mengingat bahwa, di banyak bagian dunia,
orang-orang yang dikelilingi oleh banyak suplai makanan yang mencegah kelaparan
kronis (walaupun memungkinkan kelaparan normal makan-untuk-makan), kapasitas untuk
makan makanan tanpa adanya rasa lapar atau dalam keadaan rendah kelaparan
menganggap penting khusus. Akibatnya, pemahaman nafsu makan dan bagaimana dapat
dikontrol adalah mendesak tugas dalam perjuangan melawan epidemi obesitas.
Nafsu makan sehingga dapat didefinisikan sebagai menyukai makanan tertentu,
atau daya tarik untuk makanan berdasarkan keenakan mereka dirasakan. Hal ini
biasanya disebut sebagai dimensi hedonis seleksi makanan.
3
Karakteristik
ini dapat digambarkan sebagai kesenangan subjektif yang berasal dari konsumsi
makanan, pada gilirannya, hal ini dapat diukur dengan meminta orang untuk
menilai besarnya atau intensitas dari kesenangan yang berhubungan dengan makan
atau mencicipi makanan. kesenangan ini muncul dari interaksi antara
seseorangpersepsi kapasitas ( ketajaman rasa, bau, dan umpan balik sensoris
dari mulut) dan sifat fisik makanan. Intensitas kesenangan karena itu sebagian
bergantung pada internal (pribadi) dan eksternal (makanan yang terkait) faktor.
Faktor-faktor makanan dapat alam, seperti kehadiran manis karbohidrat dalam
buah-buahan atau, dan banyak lagi umum sekarang, pembangunan yang disengaja
sifat kuat dalam proses manufaktur. Hal ini dapat dihipotesiskan bahwa produksi
industri makanan (dirancang untuk memiliki kombinasi sifat, misalnya, manis,
kegemukan, kepipihan) telah jenuh pasokan makanan di banyak bagian dunia dengan
berlimpahnya merangsang nafsu makan-produk. Produk-produk termasuk cokelat dan
makanan pencuci mulut, keju, daging, dan kombinasi kue, dan berbagai jenis
makanan ringan goreng. Daya tarik yang melekat produk tersebut dapat merangsang
makan bersama dengan tidak adanya kebutuhan yang jelas untuk nutrisi .
2.2 Peraturan Nafsu Makan
Peraturanpengaturan
nafsu makan telah menjadi subyek banyak penelitian dalam dekade terakhir.
Terobosan termasuk penemuan, pada tahun 1994, tentang leptin, suatu hormon yang
muncul untuk memberikan umpan balik negatif. Penelitian berikutnya menunjukkan
bahwa regulasi selera makan adalah proses yang sangat kompleks yang melibatkan
saluran pencernaan, banyak hormon, dan baik pusat dan sistem saraf otonom .
a. Effector Hypothalamus,
bagian
dari otak, adalah organ peraturan utama untuk nafsu makan manusia. Neuron yang
mengatur nafsu makan tampaknya terutama serotonergik , meskipun neuropeptide Y
(NPY) dan yang berhubungan dengan peptida Agouti (AgRP) juga memainkan peran
penting. Hypothalamocortical dan proyeksi hypothalamolimbic memberikan
kontribusi pada kesadaran kelaparan, dan proses somatik yang dikendalikan oleh
hipotalamus meliputi vagal nada (aktivitas parasimpatis sistem saraf otonom ),
stimulasi tiroid ( tiroksin mengatur laju metabolisme), maka
hipotalamus-hipofisis- sumbu adrenal dan sejumlah besar mekanisme lain. opioid
reseptor yang berhubungan dengan proses dalam nucleus accumbens dan ventral
pallidum mempengaruhi palatabilitas makanan.
4
b. Sensor Indra hypothalamus
terutama rangsangan eksternal melalui sejumlah
hormon, seperti leptin, ghrelin, PYY 3-36, orexin dan cholecystokinin ; semua
memodifikasi respon hipotalamus. Mereka diproduksi oleh saluran pencernaan dan
jaringan adiposa (leptin). Mediator sistemik, seperti tumor nekrosis faktor
alfa (TNFα), interleukin 1 dan 6 dan kortikotropin-releasing hormone (CRH)
mempengaruhi nafsu makan negatif; mekanisme ini menjelaskan mengapa orang sakit
sering makan lebih sedikit. Selain itu, jam biologis (yang diatur oleh
hipotalamus) memodifikasi kelaparan. Proses dari otak lokus lain, seperti dari
sistem limbik dan korteks serebral, proyek pada hipotalamus dan memodifikasi
nafsu makan. Hal ini menjelaskan mengapa dalam klinis depresi dan stres, asupan
energi yang dapat mengubah cukup drastis.
Gambar. Hypothalamus; DMH, dorsomedial
hypothalamus; LH, lateral hypothalamic area; OC, optic chiasm. Nuklei
hipotalamus energi yang terlibat dalam homeostasis (tampilan lateral) ARC, inti
arkuata (dikenal sebagai inti infundibular pada manusia); PVN, inti
paraventrikular; VMH, hipotalamus ventromedial; DMH, hipotalamus dorsomedial;
LH, daerah hipotalamus lateral; OC, chiasm optik.
2.3Kesulitan Dalam Pengaturan Makanan Karena
Gangguan Nafsu Makan
a. Anoreksia
Anoreksia ialah keadaan nafsu makan
kurang atau sama sekali tidak ada. Anoreksia disebabkan oleh berbagai faktor,
berupa penyakit organis, psikologis atau pengaturan makanan yang kurang baik.
Kelainan anoreksia tanpa penyakit organis yang nyata lebih sering ditemukan
pada anak tunggal. Anoreksia yang menyertai penyakit organis akan menghilang
bila seseorang telah sembuh dari penyakit primernya. Berbagai penyakit infeksi
baik yang mendadak maupun yang menahun, kelainan bawaan misalnya pada jantung
dan saluran pencernaan serta mungkin pula karena defisiensi gizi sendiri,
Anoreksia perlu segera mendapat perhatian karena mungkin merupakan gejala
sesuatu penyakit yang harus segera diobati. Anoreksia mungkin hanya bersifat
sementara, sebagai variasi normal dalam nafsu makan sehari-hari.
5
b. Anoreksia
nervosa.
Anoreksia
nervosa ialah jenis terberat dari anoreksia, sehingga praktis penderita
membiarkan dirinya terus-menerus dalam kelaparan. Biasanya kelainan ini terjadi
menjelang remaja dan dalam masa remaja. Mungkin diawali dengan melakukan diet
untuk menguruskan, terutama pada wanita. Pembatasan makanan oleh mereka
dilakukan terlalu cepat dan terlalu kuat, sehingga berat badan merosot dengan
pesat. Aktifitas sementara itu berjalan terus walaupun biasanya penderita
tampak pertumbuhannya tertinggal dibandingkan dengan teman sebayanya.
Perkembangan pubertas terlambat, pada wanita remaja mungkin terjadi amenorea.
Penderita selanjutnya menunjukkan kelainan psikologis, membatasi diri dalam
pergaulan, sukar berkomunikasi, wajahnya kaku dan tidak gembira. Pengobatan
terdiri dari perawatan dan pengobatan di rumah sakit, yaitu untuk memperbaiki
gangguan psikologi dengan psikoterapi.
c. Pika
Pika
ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita
menunjukkan nafsu makan terhadap berbagai atau salah satu obyek yang bukan
tergolong makan, misalnya tanah, pasir, rumput, bulu, selimut wol, pecahan
kaca. Kotoran hewan, cat kering, dinding tembok dan sebagainya. Terdapat pada
golongan anak di bawah umur 3 tahun, biasanya di atas 1 tahun, sebab bayi yang
sedang belajar merangkak dan anak sapihan wajar bila suka memasukkan
benda-benda yang dipegangnya ke dalam mulutnya. Keadaan tersebut merupakan
gejala normal, sebagai suatu tahap perkembangan oral dalam usaha memperoleh
pengalaman kepuasan dan mengadakan eksporasi dunia luar dengan jalan
menggunakan mulutnya. Pada penderita pika, tingkah laku demikian sering
disertai kesukaan untuk bermain dengan benda-benda kotor termasuk ekskreta.
Pika mungkin terdapat penderita yang menderita defisiensi gizi, mungkin pula
pada penderita yang retardasi mental. Terapi pika terdiri dari pengawasan yang
ketat agar penderita tidak memakan benda-benda yang mungkin berbahaya untuk kesehatannya,
misalnya mengakibatkan keracunan dan infeksi. Selain itu kepada penderita
diberikan obyek yang tidak berbahaya, yang dapat digunakan untuk menggigit,
mengunyah dan dipermainkan dengan mulutnya. Bila terdapat defisiensi gizi,
hendaknya diberikan terapi yang sesuai.
6
2.4 Faktor Yang
Mempengaruhi Nafsu Makan
1. Gangguan pemasukan
makanan.
2. Waktu
memberi obat dan makanan tidak tepat.
3. Adanya
perbedaan makanan.
4. Perubahan
situasi.
5. Perubahan
lingkungan.
6. Rasa
nyeri.
7. Penyakit
yang diderita seseorang.
8. Depresi
(Adanya perasaan tertekan yang di alami seseorang).
9. Anxietas
(kecemasan yang ada didalam diri seseorang).
Peran
Nafsu Makan Pada Penyakit Abnormal nafsu makan dapat didefinisikan sebagai
kebiasaan makan yang menyebabkan kekurangan gizi dan kondisi terkait seperti
obesitas dan masalah yang terkait. Kedua faktor genetik dan lingkungan dapat
mengatur nafsu makan, dan kelainan baik dapat menyebabkan nafsu makan normal. Kurang
nafsu makan (anoreksia) mungkin punya banyak penyebab, tetapi mungkin akibat
dari fisik menular, autoimmune atau penyakit ganas) atau psikologis (stres,
gangguan mental) faktor. Demikian juga, hyperphagia (makan berlebihan) mungkin
merupakan hasil dari ketidakseimbangan hormon, gangguan mental (misalnya
depresi ) dll
Dysregulation
nafsu makan terletak pada akar anoreksia nervosa , bulimia nervosa dan gangguan
pesta makan. Selain itu, penurunan respon terhadap kenyang dapat mempromosikan
perkembangan obesitas. Berbagai bentuk obesitas turun temurun telah dilacak
kerusakan di hipotalamus signaling (seperti leptin reseptor dan MC-4)/ masih
menunggu karakterisasi reseptor ( Prader-Willi syndrome). Mekanisme
pengendalian nafsu makan adalah target potensial untuk obat penurunan berat
badan. Awal anorectics adalah fenfluramine dan phentermine. Selain itu
baru-baru lebih sibutramine yang meningkatkan serotonin dan noradrenalin
tingkat dalam sistem saraf pusat . Selain itu, laporan baru pada rekombinan PYY
3-36 menunjukkan bahwa agen ini dapat berkontribusi untuk berat badan dengan
menekan nafsu makan. Mengingat proporsi epidemi dari obesitas di dunia Barat,
perkembangan di daerah ini diharapkan bola salju dalam waktu dekat, karena diet
saja tidak efektif pada orang dewasa yang paling gemuk.
7
2.5 Penyebab Hilangnya Nafsu Makan
Beberapa
masalah pencernaan yang menyebabkan hilangnya nafsu makan yaitu:
1. Maag.
2.
Radang perut.
3. Divertikulitis
(radang atau infeksi satu atau lebih divertikula dalam saluran pencernaan).
4. Penyakit
Crohn.
5. Sindrom
iritasi usus.
6.
Kolitis ulseratif (luka atau peradangan pada usus besar).
Infeksi juga dapat menyebabkan orang tidak lapar
dan kehilangan nafsu makan. Infeksi yang menyebabkan hilangnya nafus makan bisa
merupakan penyakit akut atau penyakit kronis yang disebabkan oleh virus,
bakteri, parasit atau jamur, antara lain:
1. Influenza.
2. Penyakit gondok.
3. Sipilis.
4. Pneumonia.
5. Cacar air.
6. Radang tenggorokan.
7. Demam kuning.
8. HIV/AIDS.
9. Demam tipus.
10. Cacingan (akibat cacing tambang).
11. Keracunan
makanan (E. coli enteritis).
12. Penyakit
coxsackie.
8
Atau bahkan disebabkan oleh penyakit-penyakit
yang cukup parah seperti:
1. Sirosis.
2. Hepatitis.
3. Kelumpuhan jantung.
4. Penyakit hati.
5. Radang usus buntu.
6. Gagal ginjal.
7. Panyakit Addison.
8. Rheumatoid arthritis.
9. Gagal ginjal kronis.
10. Kanker (paru-paru, hati, ginjal,
ovarium, serviks, lambung, dan pankreas).
Hilang nafsu makan juga disebabkan oleh efek
samping beberapa obat seperti kokain, morfin, antibiotik, amfetamin,
methamphetamine, obat kemoterapi, obat batuk dan hidung tersumbat
(dekongestan). Beberapa kondisi psikologis, diet dan gaya hidup juga merupakan
faktor terkait yang menyebabkan hilangnya nafsu makan, yaitu:
1. Stres.
2. Depresi.
3. Anemia.
4. Alkohol.
5. Migrain
(sakit kepala sebelah).
6. Kekurangan
vitamn B12.
7. Kehamilan
(trimester pertama).
Jika
Anda mengalami hilang nafsu makan dalam jangka waktu panjang atau beberapa
hari, pertimbangkan untuk mengonsumsi multivitamin, untuk memastikan tubuh
tetap sehat.
9
2.6Nafsu makan yang baik dan Nafsu Makan yang tidak baik
Nafsu
makan dalam tinjauan gizi seimbang, dapat dikatakan baik dan dan dapat juga
dapat dikatakan tidak baik, bila nafsu makan dikatakan baik maka proses makan
guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi akan berjalan
maksimal. Namun jika nafsu makan
dikatakan tidak baik, ada dua hal kemungkinan akan terjadi, pertama ; nafsu
makan yang berlebihan (rakus) dan yang kedua ; adalah nafsu makan berkurang
atau hilang.
Nafsu
makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinya
intake makanan akan melebihi kebutuhan tubuh akibatnya adalah
peningkatan berat badan yang tidak dikehendaki dan beberapa akibat
lainnya. Sebaliknya nafsu makan
berkurang/hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak
dikehendaki dan beberapa akibat lainnya, kemungkinan kedua ini sering dikatakan
sebagai kesulitan makan (Picky Eaters) yang mana penyebabnya sangat dipengaruhi
oleh gangguan proses makan (fisiologis) dan pengaruh psikologis.
1. Pemahaman Nafsu Makan dan Faktor-Fakyang
Mempengaruhinya
Gangguan
proses makan tidak mau makan atau
menolak makan merupakan gangguan konsumsi makan atau minum dengan jenis dan
jumlah sesuai usia secara fisiologis, mulai dari membuka mulutnya tanpa
paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap di pencernaan secara baik
tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Jadi gangguan dalam proses makan itu sendiri adalah gejala
atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada
tubuh seseorang.
Sedangkan
pengaruh psikologis berhubungan dengan perilaku makan yang kadang ditentukan
oleh kondisi lingkungan, social dan mental yang dapat dikendalikan secara sadar
misalnya kebiasaan makan dalam sehari, makan karena kelezatan makanan yang
disajikan dengan meningkatkan selera, kondisi stress, cemas dan depresi yang
dengan mudah mengubah pola makan.
Sebenarnya nafsu
makan itu berhubungan dengan sinyal syaraf
yang mempengaruhi Hormon dan enzim ketika lambung kosong atau terisi.
Nafsu Makan juga dapat terjadi pada tingkat sensor selera pada lidah termasuk
lambung dan adanya sinyal lapar dari otak.
10
Proses
dimulai ketika syaraf pada lambung dan usus dimana otak menerima informasi isi
pencernaan dari lambung dan usus dan metabolisme zat-zat makanan dari hati,
termasuk adanya peningkatan kosentrasi glukosa setelah makan menyebabkan adanya
rangsangan dari sekitar lambung dan usus ke beberapa jaringan syaraf, informasi
rangsang ini kemudian diteruskan ke hipothalamus yang berada di otak
Ada
dua daerah sinyal syaraf di hipothamus
(otak) yang berperan dalam nafsu makan (respon makan) yaitu daerah yang disebut dengan pusat kenyang
(satiety sistem) dan daerah yang disebut
dengan pusat lapar atau pusat makan (feeding sistem).
Beberapa
ahli kedokteran dan kesehatan tentang
nafsu makan menjelaskan, ada beberapa input sinyal yang berperan dalam
pengaturan dua daerah nafsu makan (respon makan) tersebut dan akan menghasilkan
perilaku makan yang sesuai kebutuhan tubuh
Input-input sinyal tersebut diantaranya, Kader Leptin, Ghrelin, Distensi
Gastrointesyinal, Sekresi Colecistokinin dan tingkat pemakain glukosa dan
sekresin insulin. Masing-masing dapat dijelas sebagai berikut :
a. Kadar Leptin
Leptin
adalah hormone yang dihasilkan oleh sel di jaringan adiposa (jaringan lemak).
Kadar leptin meningkat sebanding dengan banyaknya simpanan lemak trigeliserida
di jaringan lemak. Semakin banyak cadangan lemak semakin banyak leptin yang
disekresi, keberadaan leptin ini akan menyebabkan penekanan keinginan untuk
makan. Semakin banyak kadar leptin maka keinginan makan semakin berkurang,
sebaliknya semakin sedikit kadar leptin maka keinginan makan semakin besar.
Fungsi utama hormon ini adalah kontrol makan terutama menyangkut gangguan makan
terutama kegemukan.
b.Kadar Ghrelin
Ghrelin
merupakan stimulant nafsu makan, terbanyak di produksi di lambung, ghrelin
mampu menyebabkan peningkatan asupan
makanan dan mengurangi pemakaian cadangan lemak. Grelin berfungsi juga sebagai stimulan sekresi hormon
pertumbuhan (Growth Hormone), pemasukan makanan dan penambahan berat badan.
Sekresi ghrelin meningkat pada
kondisi keseimbangan energy
negative misalnya kelaparan, anoreksia nervosa dan lain-lain. Dan sebaliknya
kadar Ghrelin menurun pada kondisi keseimbangan energy positif seperti setelah
makan, hiperglikemia dan obesitas.
11
c.Distensi Gastrointestinal
Ketika
lambung dan usus terisi oleh makanan maka syaraf-syaraf yang berada di lambung
dan usus akan terangsang, sinyal rangsangan syaraf tersebut di bawah ke inti
syaraf pencernaan, nantinya akan disampaikan ke pusat pengaturan nafsu makan di
otak (Hipothalamus). Ada dua sinyal balik yang akan di keluarkan oleh otal
yaitu sinyal kenyang dan sinyal lapar. Dalam keadaan Distensi Gastrointestinal
atau ketika lambung dan usus terisi, maka otak akan mengeluarkan sinyal
kenyang, sebaliknya jika lambung dan usus dalam keadaan kosong, maka otak akan
mengeluarkan sinyal lapar atau sinyal makan.
d. Sekresi Colecistokinin (CCK)
Sekresi
Colecistokinin (CCK) adalah sekresi hormon dari mukosa dinding usus
(duodenum) pada saat pencernaan makanan
yang mengandung lemak. Adanya sekresi Colecistokinin menunjukkan sinyal
kenyang. CCK juga dapat menyebabkan peningkatan hormon serotonin di
hypothalamus. Serotonin adalah hormon yang berhubungan dengan perasaan tenang
(nyaman), dalam hal makan akan mendukung
perasaan nyaman setelah makan.
e.Tingkat pemakaian glukosa dan sekresi
insulin
Adanya
insulin akan menurunkan kadar glukosa darah menyebabkan beraktifnya syaraf yang
menyebabkan timbulnya keinginan untuk
makan. Artinya glukosa darah tersedia ketika sedang diserap dari saluran pencernaan maka akan muncul
rasa kenyang, sebaliknya setelah selesai penyerapan terjadi penurunan
penggunaan glukosa oleh sel yang
membangkitkan rasa lapar.
12
2.Faktor faktor yang mempengaruhi nafsu
makan
Faktor faktor
yang mempengaruhi nafsu makan Keadaan sinyal syaraf yang berhubungan dengan
hormon dan enzim ketika lambung kosong atau terisi, harus dalam keadaan
berfungsi dengan baik. Banyak sedikitnya hormon (Leptin, Ghrelin, Insulin dan
Colecistokinin) dan keadaan sel-seln jaringan sekresinya tidak dalam keadaan rusak.
Distensi Gastrointestinal atau proses
pengisian makanan dari mulut ke lambung
dan usus berjalan dengan normal dan wajar secara fisiologis.
a.Psikologis
dan lingkungan
berhubungan
dengan perilaku makan yang kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, social
dan mental yang dapat dikendalikan secara sadar.
b.Gangguan
pada proses makan
yaitu gejala
atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada
tubuh seseorang.
13
c. Kadar
Leptin
Leptin adalah
hormone yang dihasilkan oleh sel di jaringan adiposa (jaringan lemak). Kadar
leptin meningkat sebanding dengan banyaknya simpanan lemak trigeliserida di
jaringan lemak. Semakin banyak cadangan lemak semakin banyak leptin yang
disekresi, keberadaan leptin ini akan menyebabkan penekanan keinginan untuk
makan.
Fungsi utama
hormon ini adalah kontrol makan terutama menyangkut gangguan makan terutama
kegemukan. Kadar Ghrelin Ghrelin merupakan stimulant nafsu makan, terbanyak di
produksi di lambung, ghrelin mampu menyebabkan peningkatan asupan makanan dan
mengurangi pemakaian cadangan lemak. Sekresi ghrelin meningkat pada kondisi keseimbangan energy negative misalnya
kelaparan, anoreksia nervosa dan lain-lain Distensi Gastrointestinal Ketika
lambung dan usus terisi oleh makanan maka syaraf-syaraf yang berada di lambung
dan usus akan terangsang, sinyal rangsangan syaraf tersebut di bawah ke inti
syaraf pencernaan, nantinya akan disampaikan ke pusat pengaturan nafsu makan di
otak (Hipothalamus).
d. Sekresi Colecistokinin (CCK)
Sekresi
Colecistokinin (CCK) adalah sekresi hormon dari mukosa dinding usus (duodenum)
 pada saat pencernaan makanan yang mengandung lemak. Adanya sekresi
Colecistokinin menunjukkan sinyal kenyang. CCK juga dapat menyebabkan
peningkatan hormon serotonin di hypothalamus. Serotonin adalah hormon yang
berhubungan dengan perasaan tenang (nyaman), dalam hal makan akan mendukung
perasaan nyaman setelah makan.
14
e.Tingkat
pemakaian glukosa dan sekresi insulin
Adanya insulin
akan menurunkan kadar glukosa darah menyebabkan beraktifnya syaraf yang
menyebabkan timbulnya keinginan untuk
makan. Artinya glukosa darah tersedia
ketika sedang diserap dari saluran
pencernaan maka akan muncul rasa kenyang, sebaliknya setelah selesai penyerapan
terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar.
3. Pengaturan perilaku makan yang sesuai
dengan pemenuhan gizi
Berikut
ini beberapa pengaturan perilaku makan yang dapat mempengaruhi nafsu makan agar
sesuai dengan proses makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama
keseimbangan energi yang terjadi dalam
tubuh :
1. Penganturan
Pola Makan yaitu dengan makan yang teratur, ketika lapar segera makan dan ketika kenyang segera berhenti.
2. Tingkat
Pengosongan lambung dan usus, yaitu jangan biarkan lambung dan usus tidak terisi dalam jangka waktu
tertentu, Makan serat dan tersimpan lama
di lambung hanya untuk orang-orang yang mempunyai kelebihan berat badan.
3. Tingkat
Kekenyangan yaitu dengan
memperhatikan keseimbangan jenis makanan
(Gizi Seimbang), makanan berlemak yang
enak/lezat normalnya diberikan seimbang
dengan jenis makanan lainnya.
4. Memperhatikan atau memperbaiki keadaan (gangguan) nafsu
makan yaitu akibat dari gangguan saluran
cerna, penyakit infeksi akut atau kronis (TBC, cacing, dll), alergi makanan,
intoleransi makanan, stress dan sebaginya.
15
BAB III
PENUTUP
3.I Kesimpulan
Dari
uraian di atas maka dapat diambil beberapa
faktor yang mempengaruhi nafsu makan dan berpengaruh pada perilaku makan
seseorang yaitu :
1. Keadaan
sinyal syaraf yang berhubungan dengan
hormon dan enzim ketika lambung kosong atau terisi, harus dalam keadaan
berfungsi dengan baik.
2. Banyak
sedikitnya hormon (Leptin, Ghrelin,
Insulin dan Colecistokinin) dan keadaan sel-sel jaringan sekresinya tidak dalam
keadaan rusak.
3. Distensi
Gastrointestinal atau proses pengisian
makanan dari mulut ke lambung dan usus
berjalan dengan normal dan wajar secara fisiologis.
4. Psikologis
dan lingkungan berhubungan dengan perilaku makan yang kadang ditentukan oleh
kondisi lingkungan, social dan mental yang dapat dikendalikan secara sadar.
5. Gangguan
pada proses makan yaitu gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit
yang sedang terjadi pada tubuh seseorang.
Hal
terpenting yang harus diperhatikan dari nafsu makan adalah jangan sampai sinyal makan atau sinyal lapar
yang dikeluarkan otak menunjukkan
seseorang harus makan tidak sampai
mempengaruhi orang tersebut bersegera untuk makan, demikian sebaliknya
sinyal kenyang yang muncul, seharusnya membuat seseorang berhenti makan tetapi
yang bersangkutan terus makan dengan pola yang tidak teratur.
3.2 Saran
Demikian
yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, penulis berharap makalah ini berguna bagi penulis dan pembaca
sebagai mahasiswa kesehatan.Penulis menyarankan kepada seluruh angota seluruh anggota
keluarga indonesia pada umumnya agar
mengatur pola makan yaitu makanlah sebelum lapar dan berhenti makan seelum
kenyang.
16
DAFTAR PUSTAKA
. Wikipedia.com
• Wassum KM, SB Ostlund, NT Maidment, BW
Balleine. (2009). Opioid yang berbeda sirkuit menentukan palatabilitas dan
keinginan untuk peristiwa bermanfaat. Proc Natl Acad Sci US A. 106:12512-12517
PMID 19597155 DOI : 10.1073/pnas.0905874106
• Neary NM, AP Goldstone, SR Bloom.
"Selera peraturan: dari usus ke" hipotalamus Endocrinol. Clin
(Oxford) 2004; 60:153-60. PMID 14725674 .
• Wynne K, Stanley S, Bloom S. "The
usus dan mengatur berat badan".. J Clin Endocrinol Metab 2004; 89:2576-82
PMID 15181026 . • Blundell, John E., dan Peter J. Rogers. "Kelaparan,
Hedonics dan Kontrol kejenuhan dan kenyang." Dalam Chemical Senses,
disunting oleh Mark I. Friedman dan Michael G. Tordoff. New York: M. Dekker,
1991.
·
Santosa, Sugeng. 2004.
Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
·
Emawati F . , Yuniar R
, Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet
·
www.scrib.com/gizi-untuk-balita
17