MAKALAH
ILMU DASAR
KEPERAWATAN I
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DOSEN
PEMBIMBING : ANISA AGATA, S.SI, M, SI
KETUA
KELOMPOK : NOVI KHOIRUL GHUFRON
ANGGOTA
KELOMPOK : VICO PRIMA YUDA
YUNITA TALIA
OKTAVIA KISSANTI
YUNITA SARI
RETNO WULANDARI
NATASYA RAHMADAYANTI
NISCAYA FANA
ASMARA
NOURMA RAHISTA
SARI
YOLANDA FEBRIYANI
NAROTAMA
RISKA MEIKE DWI
PUTRI
PERGURUAN TINGGI MITRA
LAMPUNG
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala
puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Cairan dan elektrolit.
Kami
menyadari bahwa makalah ini belum maksimal dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap masukan, kritikan dan saran
para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya,
semoga amal baik semua pihak diterima oleh Allah dan mendapatkan balasan darinya
dengan pahala yang setimpal dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan
juga bagi pembaca sekalian.Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Bandar Lampung, 16 Maret 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Cairan
dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau
homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas
air yang mengandung partikel-partikel bahan organic dan anorganik yang vital
untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi. Elektrolit
tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative (anion).
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi
neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit
memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.
Cairan
dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk
ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Disini kami akan membahas lebih
spesifik lagi mengenai keseimbangan
cairan dan elektrolit berserta gangguannya itu sendiri. Untuk itu Dalam
makalah ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian dari cairan dan elektrolit, komposisi
cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia, cairan dan elektolit dalam tubuh manusia, fungsi cairan dan
elektrolit dalam tubuh manusia, pergerakan
cairan dan elektrolit tubuh manusia, keseimbangan cairan dan elektrolit,
faktor-faktor yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan keseimbangan cairan dan elektolit.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?
1.2.2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia?
1.2.3. Bagaimana cairan dan elektolit dalam tubuh manusia?
1.2.4. Apa fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh
manusia?
1.2.5. Bagaimana pergerakan
cairan dan elektrolit tubuh manusia?
1.2.6. Bagaimana keseimbangan cairan dan elektrolit?
1.2.7. Apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?
1.2.8. Apa saja gangguan
keseimbangan cairan dan elektolit ?
1.3 Tujuan
1.3.1.
Untuk
mengetahui dan memahami pengertian dari cairan dan elektrolit
1.3.2.
Untuk
mengetahui dan memahami komposisi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia
1.3.3.
Untuk
mengetahui dan memahami cairan dan
elektolit dalam tubuh manusia
1.3.4.
Untuk
mengetahui dan memahami fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh
manusia
1.3.5.
Untuk
mengetahui dan memahami pergerakan
cairan dan elektrolit tubuh manusia
1.3.6.
Untuk
mengetahui dan memahami keseimbangan cairan dan elektrolit
1.3.7.
Untuk
mengetahui dan memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
1.3.8.
Untuk
mengetahui dan memahami gangguan
keseimbangan cairan dan elektolit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh
adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006). Kemudian elektrolit
itu sendiri adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam
rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan
cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
2.2
Komposisi
Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat
terlarut)
1.
Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
2.
Solut(terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-elektrolit.
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-elektrolit.
a.
Elektrolit
: Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain(
miliekuivalen/liter). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen,
dalam larutan selalu sama. mol/L ) atau dengan berat molekul dalam garam (
milimol/liter mEq/L)
a)
Kation
: ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular
utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium
(K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar
dan kalium ke dalam.
b)
Anion
: ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama
adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat
(PO4ɜ).
b.
Non-elektrolit
: Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan
diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya
yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
2.3
Cairan dan Elektolit dalam Tubuh
2.3.1.
Cairan dalam
Tubuh Manusia
Agar dapat
mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan cairan dan
elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal
tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks.
Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg
bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan
bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena
wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-air),
kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air
tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
Cairan
intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh
tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya
sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit
kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+.
Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein,
sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
Cairan
ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan
intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan
interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan
serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi,
jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna
mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH
yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.
Elektrolit yang berperan adalah : kation dan anion.
2.3.2.
Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan
tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat
terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon
dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium
(Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-),
bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan
tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun
konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik
menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah
muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada
intarseluler maupun padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini :
No.
|
Elektrolit
|
Ekstraseluler
|
Interstitial
|
Intraseluler Plasma
|
1.
|
Kation :
Natrium (Na+)
Kalium (K+)
Kalsium (Ca++)
Magnesium (Mg ++)
|
144,0 mEq
5,0 mEq
2,5 mEq
1,5 mEq
|
137,0 mEq
4,7 mEq
2,4 mEq
1,4 mEq
|
10 mEq
141 mEq
0
31 mEq
|
2.
|
. Anion :
Klorida (Cl-)
Bikarbonat (HCO3-)
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-)
Protein
|
107,0 mEq
27,0 mEq
2,0 mEq
0,5 mEq
1,2 mEq
|
112,7 mEq
28,3 mEq
2,0 mEq
0,5 mEq
0,2 mEq
|
4 mEq
10 mEq
11 mEq
1 mEq
4
mEq
|
2.4
Fungsi
Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh
Manusia
2.4.1.
Fungsi Cairan dalam Tubuh
1.
Dalam proses
metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi utama yaitu
sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral pembawa
oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
2.
Selain itu,air didalam
tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolism
juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme seperti karbon
dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
3.
sebagai pelembab
jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan
sendi 02 Sports Science Brief tubuh
4.
katalisator reaksi
biologik sel,
5.
pelindung organ dan
jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan
konsentrasi zat terlarut.
6.
Selain itu sebagai pengatur
panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ±
37C.
2.4.2.
Fungsi Elektrolit
dalam Tubuh
1.
Membantu dalam
perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel terutama denga
adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat maka sejumlah
cairan akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
2.
Mengatur keseimbangan
asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya sistem bufer.
3.
Dengan adanya
perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi perpindahan
yang menghasilkan implus – implus saraf dan mengakibatkan terjadinya kontraksi
otot.
2.5
Pergerakan Cairan Dan Elektrolit
Tubuh
Regulasi cairan dalam tubuh meliputi
hubungan timbal balik antara sejumlah komponen, termasuk air dalam tubuh dan
cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan, membran, sistem transpor, enzim,
dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam tiga tahap.
Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua,
cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel.
Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel.
Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses,
yaitu :
1.
Difusi adalah
perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi
rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini, cairan dan
elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen sehingga
konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipenngaruhi
oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature
larutan.
2.
Osmosis adalah
perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari area berkonsentrasi
rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan
melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic
ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena
ukuran molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan
onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.
3.
Transport
Aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh
molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya.
Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain
tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk
adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion
natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang
disebut pompa “natrium-kalium”.
2.6
Keseimbangan
Cairan Dan Elektrolit
2.6.1. Keseimbangan
Cairan
Pengaturan
keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-diuretik
(ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai hal tersebut antara lain :
1.
Rasa haus adalah
keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan. Rasa haus biasanya
muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg. Osmoreseptor yang
terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap perubahan
osmolalitas pada cairan ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan
mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi.
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
a.
Penurunan perfusi ginjal merangsang
pelepasan rennin, yang akhirnya menghasilkan angiotensin II. Angiotensin II
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neuron yang bertanggungjawab
meneruskan sensasi haus.
b.
Osmoreseptor di hipotalamus
mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan mengaktivasi jaringan saraf sehingga
menghasilkan sensasi haus.
c.
Rasa haus dapat diinduksi oleh
kekeringan local pada mulut akibat status hiperosmolar. Selain itu, rasa haus
bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi kering yang tidak nyaman akibat
penurunan saliva.
2.
Hormon ADH ini
dibentuk di hipotalamus dan disimpan di dalam neurohipofisis pada
hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat
terjadi pada kondisi stres, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan
beberapa jenis anestetik dan obat-obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi
air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume
cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopresin karena mempunyai efek
vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.
3.
Hormon
aldosteron disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada
tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium
mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan
konsentrasi kalium, kadar natrium serum, dan sistem rennin-angiotensin.
4.
Prostaglandin merupakan
asam lemak alami yang terdapat di banyak jaringan dan berperan dalam respons
radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan motilitas
gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal,
reabsorpsi natrium.
5.
Glukortikoid
meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga memperbesar volume darah dan
mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan kadar glukortikoid
mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah (Tambayong, 2000).
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500
ml/hari. Sedangkan haluaran cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan
dapat terjadi melalui beberapa organ, yakni kulit, paru-paru, pencernaan, dan
ginjal.
1.
Kulit.
Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja
saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada
kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktivitas otot, temperature lingkungan
yang tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui kulit dikenal dengan
istilah insensible water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada
paru-paru. Sedangkan pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam
atau 350-400 ml/hari.
2.
Paru-paru.
Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru
merupakan suatu bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas
karena pergerakan atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
3.
Pencernaan. Dalam
kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem pencernaan setiap
harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 10C.
4.
Ginjal.
Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang
utama pada tubuh. Pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml
per hari.
2.6.2. Keseimbangan
Elektrolit
Keseimbangan
elektrolit sangat penting karena total konsentrasi elektrolit akan memengaruhi
keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi
sel. Elektrolit berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi
enzim dan transmisi reaksi neuromuskular. Elektrolit yang terbanyak di dalam
tubuh adalah kation dan anion.
1.
Kation. Kation yang
terdapat dalam tubuh meliputi :
1)
Natrium(Na+). Natrium merupakan kation utama
dalam CES. Konsentrasi normal natrium diatur oleh ADH dan aldosteron (di
ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke dalam dan keluar sel, tetapi juga
bergerak di antara dua kompartemen cairan utama. Natrium berperan dalam
pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls dan kontraksi otot. Fungsi
utama natrium adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan,
terutama intrasel dan ekstrasel, dengan menggunakan sistem “pompa natrium-kalium”.
Regulasi ion natrium dilakukan dengan asupan natrium, hormone aldosteron dan
haluaran urin.
2)
Kalium(K+). Kalium
merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium diperoleh dari
pisang, brokoli, jeruk dan kentang. Kalium penting untuk mempertahankan
keseimbangan asam-basa, serta mengatur trasmisi impuls jantung dan kontraksi
otot. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan penggantian
dengan ion kalium di tubulus ginjal.
3)
Calcium(Ca2+). Membentuk garam bersama dengan fosfat,
carbonat, flouride di dalam tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat, meningkatkan
fungsi syaraf dan muscle, meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah
dengan proses pengaktifan protrombin dan thrombin. Sumber : susu dengan kalsium
tinggi,ikan dengan tulang,sayuran,dll.
2.
Anion. Anion yang
terdapat dalam tubuh meliputi :
1)
Klorida (Cl-). Klorida temasuk salah satu anion
terbesar di cairan ekstrasel. Klorida berfungsi mempertahankan tekanan osmotic
darah. Nilai normal klorida adalah 95-105 mEq/l.
2)
Bikarbonat(Cl-). Bikarbonat merupakan buffer kimia
utama dalam tubuh yang terdapat di cairan ekstrasel dan intrasel. Regulasi
bikarbonat dilakukan oleh ginjal. Nilai normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/l.
3)
Fosfat(PO42-). Fosfat merupakan anion buffer dalam
cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan
gigi serta menjaga keutuhannya. Selain itu, fosfat juga membantu kerja
neuromuscular, metabolisme karbohidrat, dan pengaturan asam-basa. Kerja fosfat
ini diatur oleh hormon paratiroid dan diaktifkan oleh vitamin D.
2.7
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Faktor-faktor yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
1.
Usia
Asupan
cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat
badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang
lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan
dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang
dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar
dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh
masalah jantung atau gangguan ginjal
2.
Aktivitas
Aktivitas
hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan
melalui keringat. Dengan demikian, jumlah
cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan
yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3.
Iklim
Normalnya,
individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang
ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada
tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi
atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat
di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka
dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya,
orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam
saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua
liter per jam.
4.
Diet
Diet
seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak
dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5.
Stress
Kondisi
stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone
anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6.
Penyakit
Kondisi
sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
7.
Tindakan Medis
Beberapa
tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8.
Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti
Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan
dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan
diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam
tubuh.
9.
Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan
beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat
kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya
justru mengalami kelebihan beban cairan
akibat asupan cairan berlebih
melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress
akibat obat- obat anastesia.
2.8
Gangguan Keseimbangan Cairan dan
Elektolit
2.8.1.
Gangguan
keseimbangan cairan
Hal ini
dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan
homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan
atau sebaliknya.
1.
Defisit
volume cairan (fluid volume defisit [FVD]).
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi
antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal
juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik
mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan
intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara
umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
1)
Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan
yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+
dalam plasma 130-145 mEq/l.
2)
Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi
jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang.
Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
3)
Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi
apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah elektrolit yang
hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.
Kehilangan
cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan. Di
antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan
hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor,
seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein dan
klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine berlebih,
berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang menyebabkan
pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan
menurut derajat keparahan menjadi :
1.
Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan
mencapai 5% dari berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan
sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan
sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung
melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
2.
Dehidrasi sedang. Kondisi ini
terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari berat tubuh atau sekitar
2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya
adalah mata cekung.
3.
Dehidrasi berat. Kondisi ini
terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium serum
berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami hipotensi.
2.
Volume
cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]).
Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel.
Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya
disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul
terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi
akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema
sering muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting
adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan
terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini
karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting
tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting,
cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari.
Ini karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan
ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan
dan pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular
meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan
interstisial. Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea,
batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.
2.8.2.
Gangguan
keseimbangan elektrolit
Gangguan
keseimbangan elektrolit meliputi :
1.
Hiponatremia
dan hipernatremia. Hiponatremia adalah
kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan
osmotic. Perubahan ini mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke
intrasel sehingga sel menjadi bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan,
pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis metabolic. Penyebab
lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah sindrom ketidaktepatan hormon
antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic hormon [SIADH]),
peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes,
oliguria, dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi
cemas, hipotensi postural, postural dizziness, mual, muntah, diare,
takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar
natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010. Hipernatremia adalah
kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan
intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan natrium yang
berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih
dari paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya
meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang,
oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium
serum >144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.
2.
Hipokalemia
dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah
kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium
keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan kalium tertahan di dalam sel dan
menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma. Gejala defisiensi kalium pertama
kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan bising usus, serta denyut
nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium
serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di
cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan
sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung dan
menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu
mendorong kalium masuk ke dalam sel.
Tanda dan gejala hiperkalemia
sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi,
parastesia, dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium
serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak,
QRS melebar, dan PR memanjang.
3.
Hipokalsemia
dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah
kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi
ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan
kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi
spasme dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan
kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta memanjangnya
interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda Trosseau
dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada
cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan
saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala
hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah,
kelemahan dan letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan
laboratorium meliputi kadar kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan
peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan
osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang menyebar.
4.
Hipomagnesemia
dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi
apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini
disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus,
gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor,
refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi,
kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah
kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui,
namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang
mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan gejala
hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda,
depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar
magnesium serum >3,4 mEq/l.
5.
Hipokloremia
dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah
penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan
oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah,
diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul
menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental,
kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion
klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion
klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat
terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia menyebabkan
penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih
lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan
Kussmaul. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
6.
Hipofosfatemia
dan hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah
penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat
penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat, dan peningkatan
ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme,
malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya
meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala neurologis
yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat
<2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat
dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar
hormon paratiroid menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat
asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat.
Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala
hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas
sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas
usus, masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala
gagal jantung, dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion
fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW)
kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah
volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses
yaitu difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara
dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler
kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran
cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan
gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari
keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan
yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh
dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga
lebih banyak.
Faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor
yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis,
pengobatan, dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan
dan elektrolit.
3.2
Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan
mengenai Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Semoga makalah ini berguna bagi
pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya
DAFTAR
PUSTAKA
A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta: Salemba Medika.
Potter,
Perry.2009:”Fundamental Keperawatan,
Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar